Rabu, 13 Juni 2012

GENETIKA DAN STRUKTUR GEN

A.    PENGERTIAN GENETIKA DAN STRUKTUR GEN
Genetika (dari bahasa Yunani genno yang berarti "melahirkan") merupakan cabang biologi yang penting saat ini. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Ada pula yang dengan singkat mengatakan, genetika adalah ilmu tentang gen. Bidang kajian genetika dimulai dari wilayah molekular hingga populasi.
     Secara lebih rinci, genetika berusaha menjelaskan :
1.    material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik),
2.    bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan
3.    bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain (pewarisan genetik).
Gen adalah susunan DNA yang mengkode protein. Gen terbentuk dari ekson, intron, dan promotor. Ekson adalah DNA yang diterjemahkan (translasi) menjadi protein. Sebaliknya, intron tidak diterjemahkan. Promotor berfungsi seperti saklar on/off yang menentukan kapan gen akan diekspresikan. DNA tersusun dari 3 komponen utama yaitu gula, fosfat, dan basa. Ada 4 basa yang dikenal yaitu adenine (A), guanine (G), cytosine (C), dan thymine (T). A berpasangan dengan T, sedangkan G dengan C.
Seperti diketahui kromosom ada dua jenis yaitu AUTOSOM dan GONOSOM Determinasi seks pada manusia juga ditentukan oleh kromosom X dan Y. Jumlah kromosom manusia adalah khas yaitu: 46 buah (23 pasang), 22 pasang autosom, 1 pasang gonosom .
Formula kromosom manusia adalah:
·         Untuk laki-laki adalah 46, XY atau dapat ditulis 44 + XY.
·         Untuk wanita adalah  46, XX atau dapat ditulis 44 + XX.

B.     PENYAKIT GENETIK
Penyakit genetik atau kelainan genetik adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh kelainan oleh satu atau lebih gen yang menyebabkan sebuah kondisi fenotipe klinis. Beberapa penyebab penyakit genetik antara lain:
·         Ketidaknormalan jumlah kromosom seperti dalam sindrom Down (adanya ekstra kromosom 21) dan sindrom Klinefelter (laki-laki dengan 2 kromosom X).
·         Mutasi gen berulang yang dapat menyebabkan sindrom X rapuh atau penyakit Huntington.
·         Gen rusak yang diturunkan dari orang tua. Dalam kasus ini, penyakit genetik juga dikenal dengan istilah penyakit keturunan . Kondisi ini terjadi ketika individu lahir dari dua individu sehat pembawa gen rusak tersebut, tetapi dapat juga terjadi ketika gen yang rusak tersebut merupakan gen yang dominan.
Sekarang ini ada sekitar 4.000 penyakit genetik yang sudah diidentifikasi. Kebanyakan penyakit genetik adalah langka dengan hanya terjadi pada 1 individu dari sekitar ribuan atau bahkan jutaan individu.

C.    LINGKUP PENYAKIT GENETIK
Lingkup penyakit genetik diklasifikasikan menjadi 4 yaitu :
1.      Kelainan kromosomal
Kelainan kromosomal ditandai dengan kelainan jumlah atau struktur kromosom, bisa pada autosom maupun gonosom (kromosom kelamin). Penyakit genetika yang disebabkan kelainan autosom ialah Sindroma Down (Mongolid syndrome), SIindroma Patau, Sindroma Edwards, dan Sindroma "Cri-du-chat".
Sementara yang disebabkan kelainan gonosom ialah Sindroma Turner, Sindroma Klinefelter, Sindroma Superfemale/Triple -X atau Trisomi X, dan Supermale. Kelainan gonosom inilah yang saat ini banyak menjadi pemberitaan di media, dengan dieksposnya seseorang yang dianggap memiliki kelamin ganda.
2.      Single-gene atau kelainan Mendel
Atau monogenetic disorders adalah : terjadinya mutasi pada satu gen saja namun sudah menimbulkan penyakit. Contohnya: Cystic fibrosis & Huntington disease. Hanya saja, jenis penyakit ini memang agak jarang ditemui meskipun ada juga beberapa manusia yang menderita penyakit Huntington.
3.      Kelainan Multifaktorial
Dikatakan multifaktorial karena tidak hanya   melibatkan beberapa gen tetapi juga lingkungan, dan bagaimana interaksi antara gen dan lingkungan tersebut. seringkali peranan gen yang terlibat hanya kecil dampaknya terhadap manifestasi suatu penyakit tetapi ketika ada interaksi dengan lingkungan, manifestasi itu berdampak besar. paling sering dijumpai di populasi contoh kasus : kardiovaskular, diabetes, asma, obesitas, demensia, osteoporosis, asam urat dan lain-lain. Beberapa contoh :
a.       DM ( Diabetes Mellitus)
adalah gangguan respon sekresi insulin yang diterjemahkan menjadi gangguan penggunaan karbohidrat (glukosa) dengan hasil akhir timbul hiperglikemia. Patogenesis terkait genetik: ditemukan tipe HLA (kompleks gen polimorf dengan kode untuk antigen permukaan sel tertentu yg dijumpai pada lekosit jaringan sel lain).
3 mekanisme yg bertanggung jawab :
·         Gangguan genetic
·         Pencemaran lingkungan (virus, dll)
·         Autoimun
Aspek klinis DM
·         Organ yang terkena : universal
·         Penyebab kematian : infark miokard dan nefropati diabetik.
·         Retinopati, katarak, gloukoma รจ 25 % penyebab kebutaan.
·         Pada pembuluh darah menimbulkan mikroangiopati dan aterosklerosis.
·         Memperpendek usia 7 –  9 tahun
Gangguan metabolisme DM :
·         Trias Poli : - poliuria, polidipsia, polifagia.
·         Hilang berat badan dan kelemahan
·         Hiperglikemia dan glikosuria
·         Sering dijumpai Sindrom K-W (Kimmelstiel-Wilson) : DM + Hipertensi + Edema
·         Komplikasi : ganggren tungkai, trombosis mesenterium, hipoglikemia, ketoasidosis
b.      Gout
·         Kelainan genetik pada metabolisme asam urat, berakibat hiperurisemia.
·         Kelainan utama : sendi (artitis akut/kronis)
·         Tanda khas : TOFUS , timbunan MSU (monosodium urat) pada sendi yang menimbulkan daerah radang.
·         Faktor yang menyertai genetik gout : kadar purin dalam diet, obat-obatan, alkohol
·         Patofisiologi : peningkatan kadar asam urat serum yang disebabkan produksi berlebih, penurunan ekskresi atau gabungan.
·         Kadar normal : 4 – 7 mg/100ml
·         90 % disebabkan kelainan enzim tak dikenal dan kelainan enzim HGPRT parsial
·         Kelainan pada ginjal berupa :
รผ  nefropati urat
รผ  gagal ginjal obsruktif akut
รผ  batu asam urat
4.      Kelainan Mitokondrial
Terjadi karena ada mutasi pada kromosom sitoplasma mitokondria. Uniknya, kelainan mitokondria hanya diturunkan secara maternal karena saat pembuahan mitokondria sperma tidak ikut melebur ke dalam ovum. Contoh kasus : Leber Hereditary Optic Neuropathy (LHON).

BIMBINGAN SPIRITUAL PADA PASIEN DAN KELUARGA, DAN MERAWAT JENAZAH

A.    Bimbingan Spiritual Pada Pasien dan Keluarga
1.      Pengertian Keperawatan
Keperawatan adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan, dituntut untuk lebih meningkatkan profesionalisme sehingga dapat mengimbangi kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan yang semakin maju pesat, dengan mengembangkan potensi yang sudah dimiliki untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang semakain tinggi terhadap pelayanan keperawatan dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapatamemberikan pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawata pada klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio, psiko, sosial dan spiritual.

2.      Pengertian Spiritualitas
Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi tuhan, yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Alimul, 2006).

3.      Hubungan Spiritual, Sehat, dan Sakit
Agama merupakan petunjuk perilaku karena di dalam agama terdapa ajaran baik dan larangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan kesehatan seseorang, contohnya minuman beralkohol sesuatu yang dilarang agama dan akan berdampak pada kesehatan bila dikonsumsi manusia. Agama sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang mengalami kelemahan dalam keadaan sakit untuk membangkit semangat untuk sehat, atau juga dapat mempertahankan kesehatan untuk mencapai kesejahteraan. Sebagai contoh, orang sakit dapat memeperoleh kekuatan dengan menyerahkan diri atau memohon pertolongan dari tuhannya.
a.      Peran Agama terhadap Kondisi Pasien
1)      Peran agama terhadap kondisi psikologi
Orang yang merasa dirinya dekat dengan Tuhan, diharapkan akan timbul rasa tenang dan aman, yang merupakan salah satu ciri sehat mental yaitu:
a)      Mengatur pola hidup individu dengan kebiasaan hidup  sehat
b)      Memperbaiki persepsi ke arah positif
c)      Memiliki cara penyelesaian masalah yang spesifik
d)     Mengembangkan emosi positif
e)      Mendorong kepada kondisi yang lebih sehat

2)      Peran Agama Terhadap Kondisi Sosio
Umumnya para penganut agama akan melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan sosial lainnya secara bersama-sama, dan kegiatan bersama seperti ini dilakukan secara berulang-ulang, sehingga dapat menimbulkan rasakebersamaan dan meningkatkan solidaritas antar jamaah. Orang dengan skor religiusitas tinggi, pada umumnya dapat membina keharmonisan keluarga, dan pada umumnya dapat membina hubungan yang baik di antara keluarga.

3)      Peran Agama terhadap Kondisi Psikologik
Peran yang cukup mendasar tentang peran keagamaan terhadap perubahan fisik–biologik, sebagaimana dituntut oleh para pakar yang berorientasi fisikalistik yang mendapatkan bukti bahwa dengan perkataan yang baik dan halus sebagaimana perkataan orang yang sedang berdoa dapat mengubah partikel air menjadi kristal heksagonal yang indah, dan selanjutnya bermanfaat dalam upaya kesehatan secara umum. Penelitian yang mencari kaitan antara sholat tahajud dengan kesehatan telah dilakukan oleh Sholeh (2000), dan mendapatkan bahwa mereka yang melaksanakan sholat tahajud secara rutin, setelah 4 minggu akan menunjukkan peningkatan kadar limfosit dan kadar imunoglobulin, dan terus meningkat sampai minggu ke delapan. Meningkatnya kadar limfosit dan imunoglobulin menggambarkan makin tingginya daya tahan tubuh secara imunologik.
Pengaruh puasa Ramadhan terhadap kesehatan telah diteliti pula oleh Zainullah (2005), dengan sampel para santri suatu pondok pesantren. Penelitian dilakukan 3 minggu sebelum Ramadhan sampai denganpuasa hari ke-26. Penilaian terhadap substansi imunologik. Dari ketiga hal diatas maka peran perawat dengan memberikan bimbingan secara koprehensip yaitu melalui keagamaan akan pengaruh terhadap kondisi bio, psiko, sosio dan spiritual.

b.      Adapun Manfaat bagi Rumah Sakit dari Kegiatan Bimbingan Spiritual
Tidak ada orang yang ingin menderita sakit dan semua orang yang sakit pasti menginginkan kesembuhan. Salah satu cara meningkatkan kesembuhan adalah dengan memberikan bimbingan rohani dan spiritual. Hal ini sesuai dengan hasil pertemuan psikiater dan konselor sedunia di Wina Austria, Juni 2003 tentang urgensi bimbingan spiritual sebagai sarana peningkatan religiusitas pasien.
Bimbingan spiritual ternyata berdampak kepada peningkatan kesembuhan dan motivasi pasien. Dalam konteks ini, bimbingan spiritual merupakan pelengkap pengobatan dan pelayanan medis di rumah sakit. Seperti halnya: IMZ merupakan salah satu jejaring Baznas Dompet Dhuafa yang bergerak di bidang pendidikan, pelatihan, konsultasi, publikasi, dan riset seputar zakat. Terilhami dengan kesuksesan program bimbingan Dhuafa dengan nama Bimbingan Rohani Pasien (BRP), maka IMZ bersama BRP – LPM Baznas Dompet Dhuafa menggagas pelatihan SCOPE, Spiritual Care On Patient. Kesuksesan program Bimbingan Rohani Pasien dapat terlihat dengan sudah berjalannya program ini di beberapa rumah sakit di sekitar Jakarta dan terus berdatangannya permintaan dari rumah sakit lain di berbagai daerah. Adapun bagi rumah sakit kegiatan bimbingan spiritual jelas dapat memberikan nilai tambah dalam hal pelayanan bagi pasiennya. Manfaat yang akan diperoleh:
1)      Perawat  mengetahui pentingnya memberikan bimbingan spiritual kepada orang yang sedang sakit
2)      Perawat memahami tata cara bimbingan spiritual untuk pasien sesuai dengan tuntunan Islam
3)      Perawat mampu mereplikasi dan menjalankan kegiatan bimbingan spiritual bagi pasien di tempat kerjanya
4)      Rumah sakit mendapat citra yang baik di mata masyarakat nilai

4.      Hubungan Keyakinan Dengan Pelayanan Kesehatan
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila sesorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali sang pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien kritis atau menjelang ajal.
Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan, dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek-biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan.

5.      Perkembangan Spiritual
Perkembangan spiritual seseorang menurut Westerhoff’s dibagi ke dalam empat tingkatan berdasarkan kategori umur, yaitu:
a.       Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan penglaman. Perilaku tahap yang didapat, antara lain: adanya pengalaman dari interaksi dengan orang lain dengan keyakinan atau kepercayaan yang dianut. Pada masa ini, anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan yang ada pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain, seperti berdoa sebelum tidur dan makan, dan lain-lain. Pada masa prasekolah, kegiatan keagamaan yang dilakukan belum bermakna pada dirinya, perkembangan spiritual mulai mencontoh aktivitas keagamaan orang sekelilingnya, dalam hal ini keluarga. Pada masa ini anak-anak biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa, serta mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.
b.      Usia Remaja akhir, merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang ditandai dengan adanya partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan. Pengalaman dan rasa takjub membuat mereka semakin merasa memiliki dan berarti akan keyakinannya. Perkembangan spiritual pada masa ini sudah mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuha spiritual seperti keinginan melalui meminta atau berdoa kepada penciptanya, yang berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan melalui keyakinan atau kepecayaan. Bila pemenuhan kebutuhan spiritual tidak terpenuhi akan timbul kekecewaan.
c.       Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali dengan proses pertanyaan akan keyakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional dan keyakinan atau kepercayaan terus dikaitkan dengan rasional. Segala pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat dijawab secara rasional. Pada masa ini, timbul perasaan akan penghargaan terhadap kepercayaannya.
d.      Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri, perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan dirinya.

6.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual
a.       Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan.
b.      Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Ras/suku. Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehingga proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.
d.      Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimilikioleh seseorang dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
e.       Kegiatan keagamaan. Adanya kegitan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan dirinya dengan tuhan, selalu mendekatkan diri kepada penciptanya.

7.      Beberapa Orang yang Membutuhkan Bantuan Spiritual
a.       Pasien kesepian. Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain Tuhan.
b.      Pasien ketakutan dan cemas. Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan kacau, yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya, dan ketenangan yang paling besar adalah bersama Tuhan.
c.       Pasien menghadapi pembedahan. Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati, pada saat itulah keberadaan pencipta dalam hal ini adalah Tuhan sangat penting sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.
d.      Pasien yang harus mengubah gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan keberadaan Tuhan (kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat kekacauan keyakinan bila kearah yang lebih buruk. Akan tetapi bila perubahan gaya hidup kearah yang lebih baik, maka pasien akan lebih membutuhkan dukungan spiritual.

8.      Masalah Kebutuhan Spiritual
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distres spiritual, merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompokmengalami beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau system nilai yang memberikannya kekuatan, harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebih dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda-tanda seperti menangis, menarik diri, cemas, dan marah, kemudian ditunjang dengan keadaan fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur, dan tekanan darah meningkat.
Distres spiritual terdiri atas:
a.       Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang dicintai atau dari penderitaan yang berat
b.      Spiritual yang khawatir, yaitu terjadinya pertentangan kepercayaan dan sistem nilai seperti adanya aborsi
c.       Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam kegiatan keagamaan


9.      Asuhan Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Spiritual
a.      Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terhadap masalah kebutuhan spiritual, antara lain adanya ungkapan terhadap masalah spiritual, misalnya arti kehidupan, kematian, dan penderitaan, keraguan akan kepercayaan yang dianut, penolakan untuk beribadah, perasaan yang kosong, dan pengakuan akan perlunya bantuan spiritual. Beberapa faktor yang menyebabkan masalah spiritual adalah kehilangan salah satu bagian tubuh, beberapa penyakit terminal, tindakan pembedahan, prosedur invasive, dan lain-lain.

b.      Diagnosis Keperawatan
Distres spiritual berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan ritual spiritual, konflik antara keyakinan spiritual dan ketentuan aturan kesehatan dan krisis penyakit, penderitaan, atau kematian.

c.       Perencanaan dan Tindakan Keperawatan
           Rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah spiritual, antara lain:
1)      Memberikan ketenangan atau privasi sesuai dengan kebutuhan melalui berdoa dan beribadah secara rutin
2)      Membantu individu yang mengalami keterbatasan fisik untuk melakukan ibadah
3)      Menghadirkan pemimpin spiritual untuk menjelaskan berbagai konflik keyakinan dan alternatif pemecahannya
4)      Mengurangi atau menghilangkan beberapa tindakan medis yang bertentangan dnegan keyakinan pasien dan mencari alternatif pemecahannya
5)      Mendorong untuk mengambil keputusan dalam melakukan ritual
6)      Membantu pasien untuk memenuhi kewajibannya

d.      Evaluasi Keperawatan
            Evaluasi terhadap masalah spiritual secara umum dapat dinilai dari perubahan untuk melakukan kegiatan spiritual, adanya kemampuan melaksanakan ibadah, adanya ungkapan atau perasaan yang tenang, dan menerima adanya kondisi atau keberadaannya, wajah yang menunjukan rasa damai, kerukunan dengan orang lain, memliki pedoman hidup, dan rasa bersyukur.

B.     Perawatan Jenazah
1.      Pengertian Perawatan Jenazah
Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga penampilan luar jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup.
Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar, akan tetapi kematian pada tidak wajar pengawetan jenazah baru boleh dilakukan setelah pemeriksaan jenazah atau otopsi dilakukan. Perawatan jenazah dilakukan karena ditundanya penguburan/kremasi, misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh diluar kota/diluar negri.
Pada kematian yang terjadi jauh dari tempat asalnya terkadang perlu dilakukan pengangkutan atau perpindahan jenazah dari suatu tempat ketempat lainnya. Pada keadaan ini, diperlukan pengawetan jenazah untuk mencegah pembusukan dan penyebaran kuman dari jenazah kelingkungannya.
Jenazah yang meninggal akibat penyakit menular akan cepat membusuk dan potensial menular petugas kamar jenazah. Keluarga serta orang-orang disekitarnya. Pada kasus semacam ini, kalau pun penguburan atau kremasinya akan segera dilakukan tetap dilakukan perawatan jenazah untuk mencegah penularan kuman atau bibit penyakit disekitarnya.
Perawatan jenazah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan agama yang dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat menasihati keluarga dan mengambil tindakan yangs sesuai agar penanganan jenazah tidak menambah resiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis B, AIDS, Kolera dan sebagainya. Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan dengan memperhatikan hal yang telah disebut diatas, seperti misalnya mencium jenazah sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya dapat hidup dan berkembang dalam manusia hidup, maka beberapa waktu setelah penderita infeksi HIV meninggal, virus pun akan mati.

2.      Tujuan Perawatan Jenazah
Adapun tujuan dari perawatan jenazah, yaitu:
Untuk mencegah terjadinya pembusukan pada jenazah. Dengan menyuntikan zat-zat tertentu untuk membunuh kuman seperti pemberian intjeksi formalin murni, agar tidak meninggalkan luka dan membuat tubuh menjadi kaku. Dalam injeksi formalin dapat dimasukan kemulut hidung dan pantat jenazah.

3.      Tindakan diluar Kamar Jenazah
Adapun tindakan yang dilakukan diluar kamar jenazah yaitu:
a.       Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan
b.      Memakai pelindung wajah dan jubah
c.       Luruskan tubuh jenazah dan letakan dalam posisi terlentang dengan tangan disisi atau terlipat didada
d.      Tutup kelopak mata atau ditutup dengan kapas atau kasa, begitu pula mulut dan telinga
e.       Beri alas kepala dengan kain handuk untuk menampung bila ada rembesan darah atau cairan tubuh lainnya
f.       Tutup anus dengan kasa dan plester kedap air
g.      Lepaskan semua alat kesehatan dan letakan alat bekas tersebut dalam wadah yang aman
h.      Tutup setiap luka yang ada dengan plester kedap air
i.        Bersihkan tubuh jenazah tutup dengan kain bersih untuk disaksikan oleh keluarga
j.        Pasang label identitas pada laki-laki
k.      Beritahu petugas kamar jenazah jika jenazah adalah penderita penyakit menular
l.        Cuci tangan setelah melepas rarung tangan

4.      Tindakan dikamar Jenazah
Adapun tidakan dikamar jenazah yaitu:
a.       Lakukan prosedur dasar sepertii cuci tangan sebelum mamakai sarung tangan
b.      Petugas memakai alat pelindung:
1)      Sarung tangan karet yang panjang (sampai kesiku)
2)      Sebaiknya memakai sepatu boot sampai lutut
3)      Pelindung wajah (masker dan kaca mata)
4)      Jubah atau celemek sebaiknya yang kedap air
c.       Jenazah dimandikan oleh petugas kamar jenazah yang telah memahami cara membersihkan atau memandikan jenazah penderita penyakit menular
d.      Bungkus jenazah dengan kain kafan atau kain pembungkus lain sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut
e.       Cuci tangan dengan sabun sebelum memakai sarung tangan dan sesudah melepas sarung tangan
Catatan Penting:
a.       Jenazah yang telah dibungkus tidak boleh dibuka lagi
b.      Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik atau pengawetan kecuali oleh petugas khusus yang telah mahir dalam hal tersebut
c.       Jenazah tidak boleh diotopsi, dalam hal tertentu, otopsi dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit dan dilaksanakan oleh petugas rumah sakit yang telah mahir dalam hal tersebut

5.      Hal-hal yang Diperhatikan dalam Proses Keperawatan
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses keperawatan yaitu:
a.       Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air mengalir bila terkena darah atau cairan tubuh lain
b.      Dilarang memanipulasi alat suntik atau menyarungkan jarum suntik ke tutupnya. Buang semua alat atau benda tajam dalam wadah yang tahan tusukan (ember khusus)
c.       Semua permukaan yang terkena percikan atau tumpahan darah atau cairan tubuh lainnya segera dibersihkan dengan cairan klorin 0,5 %
d.      Semua peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dengan urutan: dekontaminasi, pembersihan, desinfeksi, atau sterilisasi
e.       Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya ditempatkan dalam kantong plastik
f.       Pembuangan sampah dan bahan yang tercemar sesuai pengolah sampah medis