A.
Bimbingan
Spiritual Pada Pasien dan Keluarga
1.
Pengertian
Keperawatan
Keperawatan adalah
salah satu bentuk pelayanan kesehatan, dituntut untuk lebih meningkatkan
profesionalisme sehingga dapat mengimbangi kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi kesehatan yang semakin maju pesat, dengan mengembangkan potensi
yang sudah dimiliki untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang semakain tinggi
terhadap pelayanan keperawatan dan tanggung jawab sebagai perawat profesional
agar dapatamemberikan pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan
asuhan keperawata pada klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara
individual dari segi bio, psiko, sosial dan spiritual.
2.
Pengertian
Spiritualitas
Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang
dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi
tuhan, yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya tuhan,
dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Alimul, 2006).
3.
Hubungan
Spiritual, Sehat, dan Sakit
Agama merupakan
petunjuk perilaku karena di dalam agama terdapa ajaran baik dan larangan yang
dapat berdampak pada kehidupan dan kesehatan seseorang, contohnya minuman
beralkohol sesuatu yang dilarang agama dan akan berdampak pada kesehatan bila
dikonsumsi manusia. Agama sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang
mengalami kelemahan dalam keadaan sakit untuk membangkit semangat untuk sehat,
atau juga dapat mempertahankan kesehatan untuk mencapai kesejahteraan. Sebagai
contoh, orang sakit dapat memeperoleh
kekuatan dengan menyerahkan diri atau memohon pertolongan dari tuhannya.
a.
Peran
Agama terhadap Kondisi Pasien
1)
Peran
agama terhadap kondisi psikologi
Orang yang merasa
dirinya dekat dengan Tuhan, diharapkan akan timbul rasa tenang dan aman, yang
merupakan salah satu ciri sehat mental yaitu:
a) Mengatur
pola hidup individu dengan kebiasaan hidup sehat
b) Memperbaiki
persepsi ke arah positif
c) Memiliki
cara penyelesaian masalah yang spesifik
d) Mengembangkan
emosi positif
e) Mendorong
kepada kondisi yang lebih sehat
2)
Peran
Agama Terhadap Kondisi Sosio
Umumnya para penganut
agama akan melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan sosial lainnya secara
bersama-sama, dan kegiatan bersama seperti ini dilakukan secara berulang-ulang,
sehingga dapat menimbulkan rasakebersamaan dan meningkatkan solidaritas antar jamaah.
Orang dengan skor religiusitas tinggi, pada umumnya dapat membina keharmonisan
keluarga, dan pada umumnya dapat membina hubungan yang baik di antara keluarga.
3)
Peran
Agama terhadap Kondisi Psikologik
Peran yang cukup
mendasar tentang peran keagamaan terhadap perubahan fisik–biologik, sebagaimana
dituntut oleh para pakar yang berorientasi fisikalistik yang mendapatkan bukti
bahwa dengan perkataan yang baik dan halus sebagaimana perkataan orang yang
sedang berdoa dapat mengubah partikel air menjadi kristal heksagonal yang
indah, dan selanjutnya bermanfaat dalam upaya kesehatan secara umum. Penelitian
yang mencari kaitan antara sholat tahajud dengan kesehatan telah dilakukan oleh
Sholeh (2000), dan mendapatkan bahwa mereka
yang melaksanakan sholat tahajud secara rutin, setelah 4 minggu akan
menunjukkan peningkatan kadar limfosit dan kadar imunoglobulin, dan terus meningkat sampai minggu ke delapan.
Meningkatnya kadar limfosit dan imunoglobulin menggambarkan makin tingginya
daya tahan tubuh secara imunologik.
Pengaruh puasa Ramadhan
terhadap kesehatan telah diteliti pula oleh Zainullah (2005), dengan sampel
para santri suatu pondok pesantren. Penelitian dilakukan 3 minggu sebelum
Ramadhan sampai denganpuasa hari ke-26. Penilaian terhadap substansi
imunologik. Dari ketiga hal diatas maka peran perawat dengan memberikan
bimbingan secara koprehensip yaitu melalui keagamaan akan pengaruh terhadap
kondisi bio, psiko, sosio dan spiritual.
b.
Adapun
Manfaat bagi Rumah Sakit dari Kegiatan Bimbingan Spiritual
Tidak ada orang yang
ingin menderita sakit dan semua orang yang sakit pasti menginginkan kesembuhan.
Salah satu cara meningkatkan kesembuhan adalah dengan memberikan bimbingan
rohani dan spiritual. Hal ini sesuai dengan hasil pertemuan psikiater dan
konselor sedunia di Wina Austria, Juni 2003 tentang urgensi bimbingan spiritual
sebagai sarana peningkatan religiusitas pasien.
Bimbingan spiritual
ternyata berdampak kepada peningkatan kesembuhan dan motivasi pasien. Dalam
konteks ini, bimbingan spiritual merupakan pelengkap pengobatan dan pelayanan
medis di rumah sakit. Seperti halnya: IMZ merupakan salah satu jejaring Baznas
Dompet Dhuafa yang bergerak di bidang pendidikan, pelatihan,
konsultasi, publikasi, dan riset seputar zakat. Terilhami dengan kesuksesan
program bimbingan Dhuafa dengan nama Bimbingan Rohani Pasien (BRP), maka IMZ
bersama BRP – LPM Baznas Dompet Dhuafa menggagas pelatihan SCOPE, Spiritual
Care On Patient. Kesuksesan program Bimbingan Rohani Pasien dapat
terlihat dengan sudah berjalannya program ini di beberapa rumah sakit di
sekitar Jakarta dan terus berdatangannya permintaan dari rumah sakit lain di
berbagai daerah. Adapun bagi rumah sakit kegiatan bimbingan spiritual jelas
dapat memberikan nilai tambah dalam hal pelayanan bagi pasiennya. Manfaat yang
akan diperoleh:
1) Perawat
mengetahui pentingnya memberikan bimbingan spiritual kepada orang yang
sedang sakit
2) Perawat
memahami tata cara bimbingan spiritual untuk pasien sesuai dengan tuntunan
Islam
3) Perawat
mampu mereplikasi dan menjalankan kegiatan bimbingan spiritual bagi pasien di
tempat kerjanya
4) Rumah
sakit mendapat citra yang baik di mata masyarakat nilai
4.
Hubungan
Keyakinan Dengan Pelayanan Kesehatan
Kebutuhan spiritual
merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila sesorang
dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan tuhannya pun semakin dekat, mengingat
seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang
mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali sang pencipta. Dalam pelayanan
kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam
memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang
lebih pada saat pasien kritis atau menjelang ajal.
Dengan demikian,
terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan, dimana
kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya
berupa aspek-biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat
membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan.
5.
Perkembangan
Spiritual
Perkembangan spiritual
seseorang menurut Westerhoff’s dibagi ke dalam empat tingkatan berdasarkan
kategori umur, yaitu:
a. Usia
anak-anak, merupakan tahap perkembangan
kepercayaan berdasarkan penglaman. Perilaku tahap yang didapat, antara lain:
adanya pengalaman dari interaksi dengan orang lain dengan keyakinan atau
kepercayaan yang dianut. Pada masa ini, anak belum mempunyai pemahaman salah
atau benar. Kepercayaan atau keyakinan yang ada pada masa ini mungkin hanya
mengikuti ritual atau meniru orang lain, seperti berdoa sebelum tidur dan
makan, dan lain-lain. Pada masa prasekolah, kegiatan keagamaan yang dilakukan
belum bermakna pada dirinya, perkembangan spiritual mulai mencontoh aktivitas
keagamaan orang sekelilingnya, dalam hal ini keluarga. Pada masa ini anak-anak
biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa, serta mencari jawaban
tentang kegiatan keagamaan.
b. Usia
Remaja akhir, merupakan tahap perkumpulan
kepercayaan yang ditandai dengan adanya partisipasi aktif pada aktivitas
keagamaan. Pengalaman dan rasa takjub membuat mereka semakin merasa memiliki
dan berarti akan keyakinannya. Perkembangan spiritual pada masa ini sudah mulai
pada keinginan akan pencapaian kebutuha spiritual seperti keinginan melalui
meminta atau berdoa kepada penciptanya, yang berarti sudah mulai membutuhkan
pertolongan melalui keyakinan atau kepecayaan. Bila pemenuhan kebutuhan
spiritual tidak terpenuhi akan timbul kekecewaan.
c. Usia
awal dewasa, merupakan masa pencarian
kepercayaan dini, diawali dengan proses pertanyaan akan keyakinan atau
kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk
mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional dan keyakinan
atau kepercayaan terus dikaitkan dengan rasional. Segala pertanyaan tentang
kepercayaan harus dapat dijawab secara rasional. Pada masa ini, timbul perasaan
akan penghargaan terhadap kepercayaannya.
d. Usia
pertengahan dewasa, merupakan tingkatan
kepercayaan dari diri sendiri, perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya
kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan
yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan dirinya.
6.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual
a. Perkembangan.
Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena
setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan.
b. Keluarga.
Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan
spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
c. Ras/suku.
Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehingga proses pemenuhan
kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.
d. Agama
yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu
yang dimilikioleh seseorang dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan
spiritual.
e. Kegiatan
keagamaan. Adanya kegitan keagamaan dapat
selalu mengingatkan keberadaan dirinya dengan tuhan, selalu mendekatkan diri
kepada penciptanya.
7.
Beberapa
Orang yang Membutuhkan Bantuan Spiritual
a. Pasien
kesepian. Pasien dalam keadaan sepi dan
tidak ada yang menemani akan membutuhkan bantuan spiritual karena mereka
merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya
selain Tuhan.
b. Pasien
ketakutan dan cemas. Adanya ketakutan atau
kecemasan dapat menimbulkan perasaan kacau, yang dapat membuat pasien
membutuhkan ketenangan pada dirinya, dan ketenangan yang paling besar adalah
bersama Tuhan.
c. Pasien
menghadapi pembedahan. Menghadapi pembedahan
adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan karena akan timbul perasaan antara
hidup dan mati, pada saat itulah keberadaan pencipta dalam hal ini adalah Tuhan
sangat penting sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.
d. Pasien
yang harus mengubah gaya hidup. Perubahan gaya
hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan keberadaan Tuhan (kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup
dapat membuat kekacauan keyakinan bila kearah yang lebih buruk. Akan tetapi bila
perubahan gaya hidup kearah yang lebih baik, maka pasien akan lebih membutuhkan
dukungan spiritual.
8.
Masalah
Kebutuhan Spiritual
Masalah yang sering
terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distres spiritual, merupakan
suatu keadaan ketika individu atau kelompokmengalami beresiko mengalami
gangguan dalam kepercayaan atau system nilai yang memberikannya kekuatan,
harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan
spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya
keraguan yang berlebih dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang
lebih pada kematian dan sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan
ritual, dan terdapat tanda-tanda seperti menangis, menarik diri, cemas, dan
marah, kemudian ditunjang dengan keadaan fisik seperti nafsu makan terganggu,
kesulitan tidur, dan tekanan darah meningkat.
Distres spiritual
terdiri atas:
a. Spiritual
yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang dicintai atau
dari penderitaan yang berat
b. Spiritual
yang khawatir, yaitu terjadinya pertentangan kepercayaan dan sistem nilai
seperti adanya aborsi
c. Spiritual
yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam kegiatan
keagamaan
9.
Asuhan
Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Spiritual
a.
Pengkajian
Keperawatan
Pengkajian terhadap
masalah kebutuhan spiritual, antara lain adanya ungkapan terhadap masalah
spiritual, misalnya arti kehidupan, kematian, dan penderitaan, keraguan akan
kepercayaan yang dianut, penolakan untuk beribadah, perasaan yang kosong, dan
pengakuan akan perlunya bantuan spiritual. Beberapa faktor yang menyebabkan
masalah spiritual adalah kehilangan salah satu bagian tubuh, beberapa penyakit
terminal, tindakan pembedahan, prosedur invasive,
dan lain-lain.
b.
Diagnosis
Keperawatan
Distres
spiritual berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan ritual
spiritual, konflik antara keyakinan spiritual dan ketentuan aturan kesehatan
dan krisis penyakit, penderitaan, atau kematian.
c. Perencanaan dan
Tindakan Keperawatan
Rencana
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah spiritual, antara lain:
1)
Memberikan ketenangan
atau privasi sesuai dengan kebutuhan melalui berdoa dan beribadah secara rutin
2)
Membantu individu yang
mengalami keterbatasan fisik untuk melakukan ibadah
3)
Menghadirkan pemimpin
spiritual untuk menjelaskan berbagai konflik keyakinan dan alternatif
pemecahannya
4)
Mengurangi atau
menghilangkan beberapa tindakan medis yang bertentangan dnegan keyakinan pasien
dan mencari alternatif pemecahannya
5)
Mendorong untuk mengambil
keputusan dalam melakukan ritual
6)
Membantu pasien untuk
memenuhi kewajibannya
d. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi
terhadap masalah spiritual secara umum dapat dinilai dari perubahan untuk
melakukan kegiatan spiritual, adanya kemampuan melaksanakan ibadah, adanya
ungkapan atau perasaan yang tenang, dan menerima adanya kondisi atau
keberadaannya, wajah yang menunjukan rasa damai, kerukunan dengan orang lain,
memliki pedoman hidup, dan rasa bersyukur.
B.
Perawatan
Jenazah
1.
Pengertian
Perawatan Jenazah
Perawatan jenazah
adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian bahan kimia tertentu pada
jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga penampilan luar jenazah
supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup.
Perawatan jenazah dapat
dilakukan langsung pada kematian wajar, akan tetapi kematian pada tidak wajar
pengawetan jenazah baru boleh dilakukan setelah pemeriksaan jenazah atau otopsi
dilakukan. Perawatan jenazah dilakukan karena ditundanya penguburan/kremasi,
misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh diluar kota/diluar negri.
Pada kematian yang
terjadi jauh dari tempat asalnya terkadang perlu dilakukan pengangkutan atau
perpindahan jenazah dari suatu tempat ketempat lainnya. Pada keadaan ini,
diperlukan pengawetan jenazah untuk mencegah pembusukan dan penyebaran kuman
dari jenazah kelingkungannya.
Jenazah yang meninggal
akibat penyakit menular akan cepat membusuk dan potensial menular petugas kamar
jenazah. Keluarga serta orang-orang disekitarnya. Pada kasus semacam ini, kalau
pun penguburan atau kremasinya akan segera dilakukan tetap dilakukan perawatan jenazah
untuk mencegah penularan kuman atau bibit penyakit disekitarnya.
Perawatan jenazah
penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu menerapkan kewaspadaan
universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan agama yang dianut keluarganya.
Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat menasihati keluarga dan
mengambil tindakan yangs sesuai agar penanganan jenazah tidak menambah resiko
penularan penyakit seperti halnya hepatitis B, AIDS, Kolera dan sebagainya.
Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan
dengan memperhatikan hal yang telah disebut diatas, seperti misalnya mencium jenazah
sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya
dapat hidup dan berkembang dalam manusia hidup, maka beberapa waktu setelah
penderita infeksi HIV meninggal, virus pun akan mati.
2.
Tujuan
Perawatan Jenazah
Adapun tujuan dari
perawatan jenazah, yaitu:
Untuk mencegah
terjadinya pembusukan pada jenazah. Dengan menyuntikan zat-zat tertentu untuk
membunuh kuman seperti pemberian intjeksi formalin murni, agar tidak meninggalkan
luka dan membuat tubuh menjadi kaku. Dalam injeksi formalin dapat dimasukan
kemulut hidung dan pantat jenazah.
3.
Tindakan
diluar Kamar Jenazah
Adapun tindakan yang
dilakukan diluar kamar jenazah yaitu:
a. Mencuci
tangan sebelum memakai sarung tangan
b. Memakai
pelindung wajah dan jubah
c. Luruskan
tubuh jenazah dan letakan dalam posisi terlentang dengan tangan disisi atau
terlipat didada
d. Tutup
kelopak mata atau ditutup dengan kapas atau kasa, begitu pula mulut dan telinga
e. Beri
alas kepala dengan kain handuk untuk menampung bila ada rembesan darah atau
cairan tubuh lainnya
f. Tutup
anus dengan kasa dan plester kedap air
g. Lepaskan
semua alat kesehatan dan letakan alat bekas tersebut dalam wadah yang aman
h. Tutup
setiap luka yang ada dengan plester kedap air
i.
Bersihkan tubuh jenazah
tutup dengan kain bersih untuk disaksikan oleh keluarga
j.
Pasang label identitas
pada laki-laki
k. Beritahu
petugas kamar jenazah jika jenazah adalah penderita penyakit menular
l.
Cuci tangan setelah
melepas rarung tangan
4.
Tindakan
dikamar Jenazah
Adapun tidakan dikamar
jenazah yaitu:
a. Lakukan
prosedur dasar sepertii cuci tangan sebelum mamakai sarung tangan
b. Petugas
memakai alat pelindung:
1) Sarung
tangan karet yang panjang (sampai kesiku)
2) Sebaiknya
memakai sepatu boot sampai lutut
3) Pelindung
wajah (masker dan kaca mata)
4) Jubah
atau celemek sebaiknya yang kedap air
c. Jenazah
dimandikan oleh petugas kamar jenazah yang telah memahami cara membersihkan
atau memandikan jenazah penderita penyakit menular
d. Bungkus
jenazah dengan kain kafan atau kain pembungkus lain sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianut
e. Cuci
tangan dengan sabun sebelum memakai sarung tangan dan sesudah melepas sarung
tangan
Catatan Penting:
a. Jenazah
yang telah dibungkus tidak boleh dibuka lagi
b. Jenazah
tidak boleh dibalsem atau disuntik atau pengawetan kecuali oleh petugas khusus
yang telah mahir dalam hal tersebut
c. Jenazah
tidak boleh diotopsi, dalam hal tertentu, otopsi dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit dan dilaksanakan oleh petugas
rumah sakit yang telah mahir dalam hal tersebut
5.
Hal-hal
yang Diperhatikan dalam Proses Keperawatan
Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam proses keperawatan yaitu:
a. Segera
mencuci kulit dan permukaan lain dengan air mengalir bila terkena darah atau
cairan tubuh lain
b. Dilarang
memanipulasi alat suntik atau menyarungkan jarum suntik ke tutupnya. Buang
semua alat atau benda tajam dalam wadah yang tahan tusukan (ember khusus)
c. Semua
permukaan yang terkena percikan atau tumpahan darah atau cairan tubuh lainnya
segera dibersihkan dengan cairan klorin 0,5 %
d. Semua
peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dengan urutan:
dekontaminasi, pembersihan, desinfeksi, atau sterilisasi
e. Sampah
dan bahan terkontaminasi lainnya ditempatkan dalam kantong plastik
f. Pembuangan
sampah dan bahan yang tercemar sesuai pengolah sampah medis
Mbak saya mau tanyak menurut mbak jika seorng asisten tdk membantu pasien cara mengatasi masalah psiko spiritual nya gimana
BalasHapusMbak saya mau tanyak menurut mbak jika seorng asisten tdk membantu pasien cara mengatasi masalah psiko spiritual nya gimana
BalasHapus