BAB II
KONSEP KOMUNIKASI DAN ETIKA
OBAT TOPIKAL & SUPOSITORIA
2.1 Pengertian
`Kata
atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari
Bahasa Latin “communicatus” yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik
bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu
pada suatu upaya yang bertujuan untuk
mencapai kebersamaan. Menurut Webster New Collogiate Dictionary
dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem
lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”. Berikut ini adalah
bebarapa definisi tentang ilmu komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli
sebagai berikut :
- Hovland, Janis & Kelley
Komunikasi
adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus
(biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk
perilaku orang-orang lainnya (khalayak).
- Berelson & Steiner
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan
lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar,
angka-angka, dan lain-lain.
- Harold Lasswell
Komunikasi
pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” “mengatakan
“apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat
apa” atau “hasil apa”. (who says what in which channel to whom and
with what effect).
Etik merupakan prinsip yang
menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam hubungan dengan orang lain.
Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta
ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang. Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang
menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, baik atau pun
salah. Etik merupakan suatu pertimbangan
yang
sistematis tentang perilaku benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang
berhubungan dengan perilaku.
2.2. Tingkatan
Proses Komunikasi
Menurut
Denis McQuail, secara umum kegiatan/proses komunikasi dalam masyarakat
berlangsung dalam 6 tingkatan sebagai berikut :
1.
Komunikasi intra-pribadi (intrapersonal communication
Yakni
proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa pengolahan
informasi melalui pancaindra dan sistem syaraf. Contoh : berpikir, merenung, menggambar,
menulis sesuatu, dan lainnya.
- Komunikasi antar-pribadi
Yakni
kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan
orang lainnya.Misalnya percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui
telepon.
- Komunikasi dalam kelompok
Yakni
kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara suatu kelompok. Pada tingkatan
ini, setiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan
peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan
juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat
pribadi.Misalnya, ngobrol-ngobrol antara ayah, ibu, dan anak dalam keluarga,
diskusi guru dan murid di kelas tentang topik bahasan, dan sebagainya.
- Komunikasi antar-kelompok/asosiasi
Yakni
kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok
lainnya. Jumlah pelaku yang terlibat boleh jadi hanya dua atau beberapa orang,
tetapi masing-masing membawa peran dan kedudukannya sebagai wakil dari
kelompok/asosiasinya masing-masing.
- Komunikasi Organisasi
Komunikasi
organisasi mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi dan komunikasi
antar organisasi.Bedanya dengan komunikasi kelompok adalah bahwa sifat
organisasi organisasi lebih formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip
efisiensi dalam melakukan kegiatan komunikasinya.
- Komunikasi dengan masyarakat secara luas
Pada
tingkatan ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat luas. Bentuk
kegiatan komunikasinya dapat dilakukan melalui dua cara :Komunikasi massa Yaitu
komunikasi melalui media massa seperti radio, surat kabar, TV, dan sebagainya.
Langsung atau tanpa melalui media massa Misalnya ceramah, atau pidato di
lapangan terbuka
2.3 Prinsip-Prinsip Komunikasi
Pada dasarnya, prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan
definisi komunikasi, mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang
dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B.
Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A.Samovar dan Richard
E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Sedangkan Deddy Mulyana, Ph.D
membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip
komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan
hakekat komunikasi antara lain:
1) Komunikasi
adalah suatu proses simbolik
Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat
dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus
berkelanjutan. Misalnya saja, manusia adalah
satu-satunya makhluk yang menggunakan lambang.
2) Setiap
perilaku mempunyai potensi komunikasi
Setiap orang tidak bebas menilai, pada
saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai
oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi.
Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai
oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
3)
Komunikasi punya
dimensi isi dan hubungan
Setiap pesan komunikasi mempunyai
dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut, kita bisa memprediksi dimensi
hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
Percakapan diantara dua orang sahabat, antara dosen dan mahasiswa di kelas
berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda. Dimensi itu
sendiri dibagi menjad dua, yaitu:
Ø
Dimensi isi (verbal), menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa
yangdikatakan.
Ø
Dimensi
hubungan (nonverbal), menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga
mengisyaratkan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan.
4) Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Setiap
tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari
tingkat kesengajaan yang rendah, artinya tindakan komunikasi yang tidak
direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan
secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul
disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya
tercapai).
5) Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara
verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi
itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.
6)
Komunikasi melibatkan
prediksi peserta komunikasi
Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di
luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat
memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita
menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi
seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses
komunikasi.
2.4
Teknik Komunikasi Yang Baik
1.
Menggunakan kata dan
kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan
2.
Gunakan bahwa yang mudah
dipahami oleh lawan bicara
3.
Menatap mata lawan bicara
dengan lembut
4.
Memberikan ekspresi wajah
yang ramah
5.
Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar
6.
Bertingkah laku yang baik
dan ramah terhadap lawan bicara
7.
Memakai pakaian yang rapi,
menutup aurat dan sesuai situasi dan kondisi.
8.
Tidak mudah terpancing
emosi lawan bicara
9.
Menerima segala perbedaan
pendapat atau perselisihan yang terjadi
10. Mampu
menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik
lawan bicara.
11. Menggunakan
volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
12. Menggunakan
komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti berjabat
tangan.
2.5
Prinsip-Prinsip Etik
Pengetahuan prinsip-prinsip etika keperawatan untuk dapat
menjalani perannya dalam advokasi pasien, perawat perlu memiliki wawasan dan
pengetahuan tentang prinsip-prinsip etika keperawatan, diantaranya meliputi:
1.
Prinsip-prinsip moral dalam
keperawatan.
Memahami prinsip moral yang harus diterapkan
dalam menjalankan praktek keperawatan sehari-hari, sangat penting, prinsip
moral tersebut diantaranya meliputi:
a. Perawat mengakui dan
menghargai hak pasien dalam menentukan diri sendiri (Respect of autonomy)
b. Adanya suatu kewajiban bagi
tenaga keperawatan untuk tidak mengakibatkan luka terhadap klien
(Nonmaleffience)
c. Menekan adanya kewajiban
moral untuk mencegah terjadinya luka, dan bertindak untuk meningkatkan
kesejahteraan orang lain (Benefficence)
d. Adanya suatu kewajiban
moral untuk bertindak adil pada semua orang (Juctice).
e. Menepati
janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain.
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain.
f. Karahasiaan
(Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien
2.6 Pemberian Obat secara Topikal
Pemberian
obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau pada
membrane pada area mata, hidung, lubang telinga,
vagina dan rectum. Tujuan
dari pemberian obat topikal secara umum adalah untuk memperoleh reaksi lokal
dari obat tersebut.
2.6.1
Macam – macam pemberian obat topikal
1. Pemberian obat topikal pada kulit
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada
kulit. Tujuan dari
pemberian obat secara topikal pada kulit adalah untuk memperoleh
reaksi lokal dari obat tersebut
Prosedur Dalam Pemberian Obat Topikal
a. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama
obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b. Cuci tangan
c. Atur peralatan disamping tempat tidur klien
d. Tutup gorden atau pintu ruangan
e. Identifikasi klien secara tepat
f. Posisikan klien dengan tepat dan nyaman,
pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat
g. Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit,
lepaskan semua debris dan kerak pada kulit
h. Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
i.
Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topical
j.
Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
k. Oleskan agen topical :
o Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
-
Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan
kemudian lunakkan dengan menggosok lembut diantara kedua tangan
-
Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang
searah pertumbuhan bulu.
-
Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah
pemberian
o Lotion mengandung suspensi
-
Kocok wadah dengan kuat
-
Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan kecil
-
Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
o Bubuk
-
Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
-
Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari
atau bagian bawah lengan
-
Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
o Spray aerosol
-
Kocok wadah dengan keras
-
Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray menjauhi
area (biasanya 15-30 cm)
-
Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk
memalingkan wajah dari arah spray.
-
Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang sakit
-
Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang
sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
l.
Cuci tangan
2. Pemberian
Obat Topikal pada mata
Pemberian obat
melalui mata adalah memberi obat kedalam mata berupa cairan dan salep.
Tujuan:
a) Untuk mengobati gangguan pada mata
b) Untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan
struktur internal mata
c) Untuk melemahkan otot lensa mata pada
pengukuran refraksi mata
d) Untuk mencegah kekeringan pada mata
Prosedur kerja
a) Cek instruksi dokter untuk memastikan nama
obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
c) Identifikasi klien secara tepat
d) Jelaskan prosedur pengobatan dengan tepat
e) Atur klien dengan posisi terlentang atau duduk
dengan hiperektensi leher
f) Pakai sarung tangan
g) Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopk
mata dari dalam keluar
h) Minta klien untuk melihat ke langit – langit
i)
Teteskan obat tetes mata :
o Dengan tangan dominan anda di dahi klien,
pegang penetes mata yang terisi obat kurang lebih 1-2 cm (0,5 – 0,75 inci)
diatas sacus konjungtiva. Sementara jari tangan non dominan menarik kelopak
mata kebawah.
o Teteskan sejumlah obat yang diresepkan kedalam
sacus konjungtiva. Sacus konjungtiva normal menahan 1-2 tetes. Meneteskan obat
tetes ke dalam sacus memberikan penyebaran obat yang merata di seluruh mata.
o Bila klien berkedip atau menutup mata atau
bila tetesan jatuh ke pinggir luar kelopak mata, ulangi prosedur
o Setelah meneteskan obat tetes, minta klien
untuk menutup mata dengan perlahan
o Berikan tekanan yang lembut pada duktus
nasolakrimal klien selama 30-60 detik
j)
Memasukkan salep mata :
o Pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak
mata, pencet tube sehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak
mata bawah pada konjungtiva.
o Minta klien untuk melihat kebawah
o Membuka kelopak mata atas
o Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata
atas pada konjungtiva bagian dalam
o Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok
kelopak mata secara perlahan dengan gerakan sirkuler menggunakan bola kapas.
k) Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak
mata, dengan perlahan usap dari bagian dalam ke luar kantus
l)
Bila klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih
diatas pada mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan
aman tanpa memberikan penekanan pada mata.
m) Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang
peralatan yang sudah dipakai
n) Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu
pemberian dan mata (kiri, kanan atau kedua duanya) yang menerima obat.
3.
Pemberian obat tetes telinga
Memberikan obat pada
telinga melalui kanal eksternal, dalam bentuk cair.
Tujuan:
a) Untuk memberikan effek terapi lokal
(mengurangi peradangan, membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga
eksternal)
b) Menghilangkan nyeri
c) Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk
diambil
Prosedur kerja
a) Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan
dosis serta pada telinga bagian mana obat harus diberikan.
b) Siapkan klien
o Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan
namanya
o Sediakan asisten bila diperlukan, untuk
mencegah cidera pada bayi dan anak kecil
o Atur posisi klien miring kesamping (side
lying) dengan telinga yang akan diobati pada bagian atas.
c) Bersihkan daun telinga dan lubang telinga
o Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada
infeksi
o Dengan menggunakan cotton bud yang dibasahi
cairan, bersihkan daun telinga dan meatus auditory
d) Hangatkan obat dengan tangan anda atau rendam
obat ke dalam air hangat dalam waktu yang singkat
e) Tarik daun telinga keatas dan kebelakang
(untuk dewasa dan anak-anak diatas 3 tahun), tarik daun telinga kebawah dan
kebelakang (bayi)
f) Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat
sepanjang sisi kanal telinga
g) Berikan penekanan yang lembut beberapa kali
pada tragus telinga
h) Minta klien untuk tetap berada pada posisi
miring selama 5 menit.
i)
Kaji respon klien. Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya
ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan
ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
j)
Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
k) Dokumentasikan semua tindakan
4. Pemberian obat tetes hidung
Memberikan obat
tetes melalui hidung. Tujuan
:
a) Untuk mengencerkan sekresi dan memfasilitasi
drainase dari hidung
b) Mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus
Prosedur kerja
a) Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan
dosis serta pada telinga bagian mana obat harus diberikan.
b) Siapkan klien
o Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan
namanya
o Sediakan asisten bila diperlukan, untuk
mencegah cidera pada bayi dan anak kecil
o Atur posisi klien berbaring supinasi
dengankepala hiperekstensi diatas bantal (untuk pengobatan sinus ethmoid dan
sphenoid) atau posisi supinasi dengan kepala hiperektensi dan miring kesamping
(untuk pengobatan sinus maksilaris dan frontal)
c) Bersihkan lubang telinga
d) Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada
infeksi
e) Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada
bagian tengah konka superior tulang etmoidalis
f) Minta klien untuk tetap berada pada posisi ini
selama 1 menit
g) Kaji respon klien. Kaji pada karakter dan
jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera
setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
h) Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah
tidak dipakai
i)
Dokumentasikan semua tindakan
5. Pemberian obat melalui vagina
Memberikan sejumlah
obat ke dalam vagina. Tujuan:
a) Untuk mengobati infeksi pada vagina
b) Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan
ketidaknyamanan pada vagina
c) Untuk mengurangi peradangan
Prosedur kerja
a) Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis
pengobatan, waktu, jumlah dan dosis
b) Siapkan klien
o Identifikasikan klien dengan tepat dan
tanyakan namanya
o Jaga privasi, dan mintalah klien untuk
berkemih terlebih dahulu
o Atur posisi klien berbaring supinasi dengan
kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
o Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya
pada area perineal saja.
c) Pakai sarung tangan
d) Inspeksi orifisium vagina, catat adanya
pengeluaran, bau atau rasa yang tidak nyaman
e) Lakukan tindakan perawatan perineum
f) Suppositoria
o Buka bungkus alumunium foil supositoria dan
oleskan sejumlah pelumas yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat
dan halus. Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari tangan
dominan.
o Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang
sarung tangan, regangkan lipatan labia
o Masukkan suppositoria sekitar 8-10 cm
sepanjang dinding vagina posterior.
o Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang
tersisa sekitar orifisium dan labia
o Mintalah klien untuk tetap berada pada posisi
tersebut selama 5-10 menit setelah insersi.
o Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat
yang sesuai
o Cuci tangan
o Kaji respon klien
o Dokumentasikan seluruh tindakan
g) Kream, vagina, jelly atau foam
o Isi aplikator, ikuti petunjuk yang tertera
pada kemasan
o Regangkan lipatan labia secara perlahan dengan
tangan non dominan yang memakai sarung tangan
o Dengan tangan dominan yang telah memakai
sarung tangan, masukkan aplikatot ke dalam vagina sekitar 5 cm. Dorong penarik
aplikator untuk mengeluarkan obat hingga aplikator kosong.
o Tarik aplikator dan letakkan diatas handuk.
Bersihkan sisa kream pada labia dan orifisium vagina.
o Buang aplikator atau bersihkan kembali sesuai
dengan petunjuk penggunaan dari pabriknya.
o Instruksikan klien untuk tetap berada pada
posisi semula selama 5-10 menit
o Lepaskan sarung tangan, buang ditempat
semestinya
o Cuci tangan
o Kaji respon klien
o Dokumentasikan semua tindakan
Dalam
pemberian obat secara topical, sebagai perawat kita harus memberikan pelayanan
yang baik dan benar. Perawat harus selalu menjelaskan tujuan segala tindakan
yang akan kita berikan. Agar pasien selalu mengerti dan memahami dengan
tindakan yang kita berikan. Dalam pemberian obat topical ini, kita harus
melakukannya dengan penuh hati-hati dan sopan santun. Jangan sampai seorang
perawat teledor dalam pemberian obat ini, karena akibatnya bisa fatal. Jadi
sebagai perawat kita harus sabar, tidak memperlihatkan wajah yang tidak
bersahabat, dan selalu berhati-hati dalam setiap tindakan keperawatan.
2.7 Pemberian
Obat Suppositoria
a. Definisi
Pemberian obat supositoria adalah
cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam
bentuk suppositoria.
b. Tujuan Pemberian
a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
c. Persiapan Alat
Supositoria pada Rektum
Ø Obat sesuai yang diperlukan
(krim, jelly, foam, supositoria)
Ø Pelumas untuk supositoria
Ø Sarung tangan sekali
pakai
Ø Kasa
Ø Handuk bersih
Ø Gorden / sampiran, Nierbekken
d. Prosedur Kerja
1. Periksa kembali order
pengobatan mengenai jenis pengobatan waktu, jumlah dan dosis obat.
2. Siapkan klien
a.
Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan
namanya
b.
Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi
klien
c.
Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai
bagian atas fleksi ke depan
d.
Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area
parineal saja
3. Kenakan sarung tangan
4.
Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas
pada ujung bulatan dengan jeli, beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk
dan tangan dominan anda.
5.
Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui
mulut dan untuk merelaksasikan sfingterani. Mendorong supositoria melalui
spinter yang kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri
6.
Regangkan bokong klien dengan tangan dominan,
dengan jari telunjuk yang tersarungi, masukan supusitoria ke dalam anus melalui
sfingterani dan mengenai dinding rektal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada
bayi dan anak-anak. Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum
supaya pada kliennya di serap dan memberikan efek terapeutik
7.
Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien
dcngan tisu.
8.
Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang
atau miring selama 5 menit untuk mencegah keluarnya suppositoria
9.
Jika suppositoria mengandung laktosit atau
pelunak fases, letakan tombol pemanggil dalam jangkauan klien agar klien dapat
mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
10. Buang sarung tangan pada
tempatnya dengan benar
11. Cuci tangan
12. Kaji respon klien
13. Dokumentasikan seluruh
tindaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar