Rabu, 13 Juni 2012

KONSEP KOMUNIKASI DAN ETIKA OBAT TOPIKAL & SUPOSITORIA

BAB II
KONSEP KOMUNIKASI DAN ETIKA OBAT TOPIKAL & SUPOSITORIA

2.1    Pengertian
`Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari Bahasa Latin “communicatus” yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian,  kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Menurut  Webster New Collogiate Dictionary  dijelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”. Berikut ini adalah bebarapa definisi tentang ilmu komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
  1. Hovland, Janis & Kelley
Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).
  1. Berelson & Steiner
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain.
  1. Harold Lasswell
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”  “mengatakan “apa”  “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat apa”  atau “hasil apa”. (who says what in which channel to whom and with what effect).
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam hubungan dengan orang lain. Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang. Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, baik atau pun salah. Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.
2.2. Tingkatan Proses Komunikasi
Menurut Denis McQuail, secara umum kegiatan/proses komunikasi dalam masyarakat berlangsung dalam 6 tingkatan sebagai berikut :
1.      Komunikasi intra-pribadi (intrapersonal communication
Yakni proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa pengolahan informasi melalui pancaindra dan sistem syaraf. Contoh : berpikir, merenung, menggambar, menulis sesuatu, dan lainnya.
  1. Komunikasi antar-pribadi
Yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya.Misalnya percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon.
  1. Komunikasi dalam kelompok
Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi.Misalnya, ngobrol-ngobrol antara ayah, ibu, dan anak dalam keluarga, diskusi guru dan murid di kelas tentang topik bahasan, dan sebagainya.
  1. Komunikasi antar-kelompok/asosiasi
Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Jumlah pelaku yang terlibat boleh jadi hanya dua atau beberapa orang, tetapi masing-masing membawa peran dan kedudukannya sebagai wakil dari kelompok/asosiasinya masing-masing.
  1. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi dan komunikasi antar organisasi.Bedanya dengan komunikasi kelompok adalah bahwa sifat organisasi organisasi lebih formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam melakukan kegiatan komunikasinya.
  1. Komunikasi  dengan masyarakat secara luas
Pada tingkatan ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat luas. Bentuk kegiatan komunikasinya dapat dilakukan melalui dua cara :Komunikasi massa Yaitu komunikasi melalui media massa seperti radio, surat kabar,  TV, dan sebagainya. Langsung atau tanpa melalui media massa Misalnya ceramah, atau pidato di lapangan terbuka
2.3 Prinsip-Prinsip Komunikasi
Pada dasarnya, prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi, mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A.Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Sedangkan Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi antara lain:
1)      Komunikasi adalah suatu proses simbolik
Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan. Misalnya saja, manusia adalah satu-satunya makhluk yang menggunakan lambang.
2)      Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Setiap orang tidak bebas menilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
3)      Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut, kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat, antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda. Dimensi itu sendiri dibagi menjad dua, yaitu:
Ø  Dimensi isi (verbal), menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yangdikatakan.
Ø   Dimensi hubungan (nonverbal), menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan.
4)      Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah, artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai).
5)      Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
6)      Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
2.4    Teknik Komunikasi Yang Baik
1.      Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan
2.      Gunakan bahwa yang mudah dipahami oleh lawan bicara
3.      Menatap mata lawan bicara dengan lembut
4.      Memberikan ekspresi wajah yang ramah
5.      Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar
6.      Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara
7.      Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai situasi dan kondisi.
8.      Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara
9.      Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi
10.  Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik lawan bicara.
11.  Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
12.  Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti berjabat tangan.
2.5     Prinsip-Prinsip Etik
     Pengetahuan prinsip-prinsip etika keperawatan untuk dapat menjalani perannya dalam advokasi pasien, perawat perlu memiliki wawasan dan pengetahuan tentang prinsip-prinsip etika keperawatan, diantaranya meliputi:
1.    Prinsip-prinsip moral dalam keperawatan.
                        Memahami prinsip moral yang harus diterapkan dalam menjalankan praktek keperawatan sehari-hari, sangat penting, prinsip moral tersebut diantaranya meliputi:
a.    Perawat mengakui dan menghargai hak pasien dalam menentukan diri sendiri (Respect of autonomy)
b.    Adanya suatu kewajiban bagi tenaga keperawatan untuk tidak mengakibatkan luka terhadap klien (Nonmaleffience)
c.    Menekan adanya kewajiban moral untuk mencegah terjadinya luka, dan bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain (Benefficence)
d.   Adanya suatu kewajiban moral untuk bertindak adil pada semua orang (Juctice).
e.       Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain.
f.       Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien
2.6    Pemberian Obat secara Topikal
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau pada membrane pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum. Tujuan dari pemberian obat topikal secara umum adalah untuk memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut.
2.6.1   Macam – macam pemberian obat topikal
1.      Pemberian obat topikal pada kulit
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit. Tujuan dari pemberian obat secara topikal pada kulit adalah untuk memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut
          Prosedur Dalam Pemberian Obat Topikal
a.       Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b.      Cuci tangan
c.       Atur peralatan disamping tempat tidur klien
d.      Tutup gorden atau pintu ruangan
e.       Identifikasi klien secara tepat
f.       Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat
g.      Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada kulit
h.      Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
i.        Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topical
j.        Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
k.      Oleskan agen topical :
o   Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
-          Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan kemudian lunakkan dengan menggosok lembut diantara kedua tangan
-          Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu.
-          Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian
o   Lotion mengandung suspensi
-          Kocok wadah dengan kuat
-          Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan kecil
-          Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
o   Bubuk
-          Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
-          Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari atau bagian bawah lengan
-          Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
o   Spray aerosol
-          Kocok wadah dengan keras
-          Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray menjauhi area (biasanya 15-30 cm)
-          Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk memalingkan wajah dari arah spray.
-          Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang sakit
-          Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
l.        Cuci tangan
2.      Pemberian Obat Topikal pada mata
Pemberian obat melalui mata adalah memberi obat kedalam mata berupa cairan dan salep. Tujuan:
a)      Untuk mengobati gangguan pada mata
b)      Untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata
c)      Untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata
d)     Untuk mencegah kekeringan pada mata
Prosedur kerja
a)      Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b)      Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
c)      Identifikasi klien secara tepat
d)     Jelaskan prosedur pengobatan dengan tepat
e)      Atur klien dengan posisi terlentang atau duduk dengan hiperektensi leher
f)       Pakai sarung tangan
g)      Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopk mata dari dalam keluar
h)      Minta klien untuk melihat ke langit – langit
i)        Teteskan obat tetes mata :
o   Dengan tangan dominan anda di dahi klien, pegang penetes mata yang terisi obat kurang lebih 1-2 cm (0,5 – 0,75 inci) diatas sacus konjungtiva. Sementara jari tangan non dominan menarik kelopak mata kebawah.
o   Teteskan sejumlah obat yang diresepkan kedalam sacus konjungtiva. Sacus konjungtiva normal menahan 1-2 tetes. Meneteskan obat tetes ke dalam sacus memberikan penyebaran obat yang merata di seluruh mata.
o   Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke pinggir luar kelopak mata, ulangi prosedur
o   Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk menutup mata dengan perlahan
o   Berikan tekanan yang lembut pada duktus nasolakrimal klien selama 30-60 detik
j)        Memasukkan salep mata :
o   Pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata, pencet tube sehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada konjungtiva.
o   Minta klien untuk melihat kebawah
o   Membuka kelopak mata atas
o   Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva bagian dalam
o   Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok kelopak mata secara perlahan dengan gerakan sirkuler menggunakan bola kapas.
k)      Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan usap dari bagian dalam ke luar kantus
l)        Bila klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih diatas pada mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa memberikan penekanan pada mata.
m)    Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang sudah dipakai
n)      Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian dan mata (kiri, kanan atau kedua duanya) yang menerima obat.
3.      Pemberian obat tetes telinga
Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal, dalam bentuk cair. Tujuan:
a)      Untuk memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal)
b)      Menghilangkan nyeri
c)      Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk diambil
Prosedur kerja
a)      Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat harus diberikan.
b)      Siapkan klien
o   Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
o   Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada bayi dan anak kecil
o   Atur posisi klien miring kesamping (side lying) dengan telinga yang akan diobati pada bagian atas.
c)      Bersihkan daun telinga dan lubang telinga
o   Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
o   Dengan menggunakan cotton bud yang dibasahi cairan, bersihkan daun telinga dan meatus auditory
d)     Hangatkan obat dengan tangan anda atau rendam obat ke dalam air hangat dalam waktu yang singkat
e)      Tarik daun telinga keatas dan kebelakang (untuk dewasa dan anak-anak diatas 3 tahun), tarik daun telinga kebawah dan kebelakang (bayi)
f)       Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat sepanjang sisi kanal telinga
g)      Berikan penekanan yang lembut beberapa kali pada tragus telinga
h)      Minta klien untuk tetap berada pada posisi miring selama 5 menit.
i)        Kaji respon klien. Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
j)        Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
k)      Dokumentasikan semua tindakan
4.      Pemberian obat tetes hidung
Memberikan obat tetes melalui hidung. Tujuan :
a)      Untuk mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung
b)      Mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus
Prosedur kerja
a)      Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat harus diberikan.
b)      Siapkan klien
o   Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
o   Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada bayi dan anak kecil
o   Atur posisi klien berbaring supinasi dengankepala hiperekstensi diatas bantal (untuk pengobatan sinus ethmoid dan sphenoid) atau posisi supinasi dengan kepala hiperektensi dan miring kesamping (untuk pengobatan sinus maksilaris dan frontal)
c)      Bersihkan lubang telinga
d)     Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
e)      Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada bagian tengah konka superior tulang etmoidalis
f)       Minta klien untuk tetap berada pada posisi ini selama 1 menit
g)      Kaji respon klien. Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
h)      Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
i)        Dokumentasikan semua tindakan
5.      Pemberian obat melalui vagina
Memberikan sejumlah obat ke dalam vagina. Tujuan:
a)      Untuk mengobati infeksi pada vagina
b)      Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina
c)      Untuk mengurangi peradangan
Prosedur kerja
a)      Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis
b)      Siapkan klien
o   Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
o   Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
o   Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
o   Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
c)      Pakai sarung tangan
d)     Inspeksi orifisium vagina, catat adanya pengeluaran, bau atau rasa yang tidak nyaman
e)      Lakukan tindakan perawatan perineum
f)       Suppositoria
o   Buka bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan sejumlah pelumas yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan halus. Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari tangan dominan.
o   Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung tangan, regangkan lipatan labia
o   Masukkan suppositoria sekitar 8-10 cm sepanjang dinding vagina posterior.
o   Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang tersisa sekitar orifisium dan labia
o   Mintalah klien untuk tetap berada pada posisi tersebut selama 5-10 menit setelah insersi.
o   Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang sesuai
o   Cuci tangan
o   Kaji respon klien
o   Dokumentasikan seluruh tindakan
g)      Kream, vagina, jelly atau foam
o   Isi aplikator, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan
o   Regangkan lipatan labia secara perlahan dengan tangan non dominan yang memakai sarung tangan
o   Dengan tangan dominan yang telah memakai sarung tangan, masukkan aplikatot ke dalam vagina sekitar 5 cm. Dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat hingga aplikator kosong.
o   Tarik aplikator dan letakkan diatas handuk. Bersihkan sisa kream pada labia dan orifisium vagina.
o   Buang aplikator atau bersihkan kembali sesuai dengan petunjuk penggunaan dari pabriknya.
o   Instruksikan klien untuk tetap berada pada posisi semula selama 5-10 menit
o   Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
o   Cuci tangan
o   Kaji respon klien
o   Dokumentasikan semua tindakan

Dalam pemberian obat secara topical, sebagai perawat kita harus memberikan pelayanan yang baik dan benar. Perawat harus selalu menjelaskan tujuan segala tindakan yang akan kita berikan. Agar pasien selalu mengerti dan memahami dengan tindakan yang kita berikan. Dalam pemberian obat topical ini, kita harus melakukannya dengan penuh hati-hati dan sopan santun. Jangan sampai seorang perawat teledor dalam pemberian obat ini, karena akibatnya bisa fatal. Jadi sebagai perawat kita harus sabar, tidak memperlihatkan wajah yang tidak bersahabat, dan selalu berhati-hati dalam setiap tindakan keperawatan.
2.7       Pemberian Obat Suppositoria
a.  Definisi
Pemberian obat supositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
b. Tujuan Pemberian
a.      Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
b.      Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
c.    Persiapan Alat Supositoria pada Rektum
Ø  Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
Ø  Pelumas untuk supositoria
Ø  Sarung tangan sekali pakai
Ø  Kasa
Ø  Handuk bersih
Ø  Gorden / sampiran, Nierbekken
d.   Prosedur Kerja
1.      Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan waktu, jumlah dan dosis obat.
2.      Siapkan klien
a.         Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
b.        Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi klien
c.         Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan
d.        Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal saja
3.      Kenakan sarung tangan
4.      Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatan dengan jeli, beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dan tangan dominan anda.
5.      Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelaksasikan sfingterani. Mendorong supositoria melalui spinter yang kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri
6.      Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan jari telunjuk yang tersarungi, masukan supusitoria ke dalam anus melalui sfingterani dan mengenai dinding rektal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak. Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya pada kliennya di serap dan memberikan efek terapeutik
7.      Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan tisu.
8.      Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit untuk mencegah keluarnya suppositoria
9.      Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases, letakan tombol pemanggil dalam jangkauan klien agar klien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
10.  Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
11.  Cuci tangan
12.  Kaji respon klien
13.  Dokumentasikan seluruh tindaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar